Oleh Nita Anggraini |
Tahukah kalian, apa nama bunga ini ?
Klo masih belum tahu, aku kasih kata
kuncinya J Bunga
ini berasal dari negara yang memiliki bendera seperti di samping
Yap, betul sekali
Ini adalah bendera negara Jepang dan itu adalah bunga sakura yang hanya
ada saat musim semi yakni saat bulan april sampai juli. Tapi artikel ini tidak
bermaksud membahas tentang bunga sakura, namun artikel ini akan membahas
tentang “SADO”.
Pernahkah
kalian mendengar tentang “SADO” ???
Sado adalah
istilah untuk upacara minum teh di negara Jepang. Mau tahu cerita selengkapnya?
Yuk baca sampai akhir ya J
Cerita
Tentang Tradisi Sado Di Jepang
Di
Jepang proses membuat teh dan minum teh dilakukan dengan penuh makna dan simbol
tertentu. Upacara menum teh ini disebut chado, sado, atau chanoyu,
dan kalau dilakukan di luar ruangan disebut nodate. Upacara minum teh
ini pada awalnya adalah tradisi dalam menyajikan teh untuk tamu yang bersifat
ritual atau religius. Namun dalam perkembangannya kemudian menjadi tradisi di
kalangan bangsawan, dan sampai saat ini masih tetap dipertahankan menjadi
budaya Jepang yang sangat dijunjung tinggi. Oleh karena itu tidaklah heran bila
anda melihat peralatan untuk membuat dan minum teh, terbuat dari bahan berkualitas
dan penuh sentuhan seni.
Saat
ini upacara minum teh dapat dilakukan oleh siapapun. Semua lapisan masyarakat
boleh melakukan upacara ini setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat
anda ikuti bila berkunjung ke Jepang. Banyak orang dari berbagai belahan dunia
tertarik dan mempelajari upacara ini, oleh karena itu tidaklah heran apabila
upacara minum teh Jepang ini sangat populer.
Bukan sekedar minum teh
Upacara
minum teh dilakukan sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamunya. Teh
disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan
dinikmati oleh sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh, yang disebut chashitsu.
Ruangan ini tidak terlalu besar, bersih, dan pada satu sisi ruang terdapat
ceruk (tokonoma) yang dihias dengan lukisan dinding atau kaligrafi yang
disebut kakejiku, lalu dilengkapi dengan rangkaian bunga semusim (chabana)
dan harum-haruman. Sementara itu di satu sudut ruangan, segala peralatan untuk
minum teh juga tertata rapi, mulai dari perapian untuk merebus air (tungku),
guci, bubuk teh dan sendoknya, pengocok, dan mangkuk keramik yang sesuai dengan
musim dan status tamu yang diundang. Selain itu, tersedia juga kue manis yang
akan dibagikan kepada tamu sebelum meminum teh. Teh yang dipakai pada upacara
minum teh umumnya, menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh
hijau yang digiling halus, tetapi bisa juga menggunakan teh hijau jenis sencha.
Karena
upacara minum teh bukan hanya untuk menikmati teh, setiap gerakan dan setiap
benda dihadirkan untuk diperhatikan dan diapresiasi. Ketika anda memasuki
ruangan upacara pun semua harus dilakukan dengan aturan-aturan yang harus
dipenuhi. Anda harus memberikan hormat dan apresiasi terhadap tuan rumah dan
apa yang ada di ruangan acara.
Setiap
gerakan dalam mempersiapkan teh dilakukan oleh penyaji dengan lambat. Tungku
menyala, air mendidih, perangkat diusap dengan saputangan merah yang dilipat
segitiga dan dibalutkan ke tangan kiri. Air mendidih, dan teh siap diseduh.
Sementara itu, sebelum minum teh, disajikan sebuah kue yang manis sekali kepada
setiap tamu. Cara menyajikan dan mengambilnya pun ada aturan yang penuh sopan
santun. Saling membungkuk antara penyaji dan tamu, saling membungkuk untuk
minta izin dan mempersilahkan mengambilnya duluan antara tamu satu dan tamu
berikutnya. Cara memegang sumpit, mengambil kue, meletakkan di atas kertas,
mengelap ujung sumpit, dan mengembalikannya juga menurut aturan tertentu. Tamu
kemudian memakan kue manis yang bentuknya sesuai dengan bunga yang kembang pada
musim itu. Untuk bulan Juni misalnya, adalah kue berbentuk bunga ajisai.
Kue
itu terbuat dari tepung ketan ditambah bahan sayuran, ditengahnya kacang merah
tumbuk. Warnanya ungu, hijau dan putih. Kue ini dibuat manis untuk
mempersiapkan lidah bagi hidangan teh yang pahit. Setelah makan kue, nyonya
rumah mulai menyiduk air yang sedang mendidih di dalam guci dengan gayung kayu,
dituang ke dalam mangkuk yang sudah berisi bubuk teh. Dikocok-kocok hingga
berbuih, lalu dihidangkan. Saat menyajikan teh kepada tamu, tuan rumah memegang
mangkuk dengan kedua tangan. Memutarnya dua kali di atas tangan kanan,
meletakkannya di atas tatami di hadapan tamu, membungkuk dan mempersilahkan.
Tamu
membalas membungkuk dengan ucapan penerimaan, mengambilnya dengan dua tangan,
memutar mangkuk dua kali di atas tangannya sambil mengamati pola di luar
mangkuk, menyeruput teh sedapatnya dengan suara ribut, kemudian memberi
komentar tentang mangkuknya.
Bentuk
mangkuk untuk minum teh juga disesuaikan dengan musim. Mangkuk yang tinggi
untuk musim dingin, supaya kehangatan teh bertahan lebih lama. Mangkuk yang
ceper untuk musim panas, supaya teh lebih cepat dingin. Dari pola hiasan di luar
mangkuk bisa diketahui zaman pembuatannya.
Ketika
upacara berlangsung tidak ada musik pengiring. Hanya bunyi angin menggesek
dedaunan di luar, air menetes di pancuran, dan air mendidih di tungku kecil
pojok ruangan. Suara alam, ditambah suara percakapan dengan tamu. Biasanya
percakapan dilakukan antara tuan rumah dan tamu utama yang duduk paling ujung,
paling dekat dengan tungku, paling awal mendapat sajian. Tamu lain semestinya
mendengarkan saja percakapan seperti itu, tetapi saat ini terutama untuk tamu
asing biasanya semua boleh bertanya.
Sarat Dengan Makna
Rangkaian
pembuatan teh oleh tuan rumah tersebut dilakukan dengan gerakan yang penuh
hikmat dan sarat dengan makna. Demikian pula tamu yang menikmati sajian teh.
Teh yang sudah siap, dituangkan ke dalam sebuah mangkuk. Sebelum menyerahkan
kepada tamu, tuan rumah memutar terlebih dahulu mangkuk tersebut. Maksudnya,
agar gambar pada mangkok tersebut menghadap tamu pada saat diberikan. Demikian
pula sebaliknya, tamu memutar mangkuk tersebut agar gambar pada mangkuk
menghadap tuan rumah pada saat dikembalikan. Ketika akan minum pun, tamu
memutar mangkuknya agar gambar pada mangkuk tidak tersentuh oleh mulutnya.
Sebenarnya semua ini merupakan simbol nyata sikap saling menghormati antara
tamu dan tuan rumah.
Di
akhir upacara ini, tuan rumah tetap menunjukkan sikap hormatnya, dengan
memperlihatkan peralatan minum dan teh yang baru saja disuguhkan. Hal ini untuk
meyakinkan tamunya bahwa yang terbaiklah yang disuguhkan. Selama upacara minum
teh berlangsung anda akan terkesan dengan filosofi masyarakat Jepang yang
sangat menghormati tamu ini. Oleh karena itu bila anda diundang sebagai tamu
secara formal dalam upacara minum teh, anda juga harus mempelajari tatakrama,
kebiasaan, basa-basi, etiket minum teh dan menikmati makanan kecil yang
dihidangkan. Masuk ke dalam ruang upacara minum teh di suatu perguruan minum
teh, di Jepang, anda akan merasakan seperti masuk ke dalam dunia yang berbeda.
“Alam sesudah ini lebih suci dari sebelumnya”, demikian filosofi mereka, sehingga
orang yang memasukinya mesti membersihkan terlebih dahulu. Semua perlengkapan
yang terbuat dari logam, seperti cincin, jam tangan, anting, dan gelang harus
dilepas sebelum masuk ruangan.
Perlengkapan
minum teh hanya boleh bersentuhan dengan barang-barang lembut. Tangan dan mulut
dicuci bersih. Sepatu dilepas. Setiap tamu diberi sebuah kipas sebagai sarana
memperkenalkan diri. Kipas itu sebagai ganti pedang bagi para samurai. Aslinya
dalam upacara minum teh terbuat dari logam, tetapi saat ini diganti dengan
plastik. Setelah masuk anda duduk melipat kaki dengan rapi, kipas diletakkan di
depan lutut, kemudian antara tuan rumah dan tamu saling membungkuk mengucapkan
salam. Kemudian dengan tangan kiri, kipas di ambil, disimpan di belakang
masing-masing. Setelah itu tuan rumah mengeluarkan
perangkat pembuatan teh dan mempersiapkannya.
Dalam
tradisi upacara ini, teh disajikan dalam guci atau poci yang terbuat dari tanah
liat. Khusus bagian dalam wadah ini tidak boleh dicuci, apalagi disentuh dengan
sabun. Aroma sabun akan mempengaruhi aroma teh. Selain itu endapan teh di dalam
wadah, akan menambah harum teh yang baru dicelupkan. Dan kenikmatan akan
bertambah lagi apabila diminum dengan menggunakan cawan atau mangkuk atau
cangkir yang terbuat dari keramik.
Demikian sekilas tentang upacara minum teh yang sarat dengan simbol dan makna, yang bila lebih dalam lagi digali, masih ada makna lain yang bisa diketahui.
Demikian sekilas tentang upacara minum teh yang sarat dengan simbol dan makna, yang bila lebih dalam lagi digali, masih ada makna lain yang bisa diketahui.
Terima
Kasih dan Semoga Bermanfaat Menambah Wawasan Kita
Tentang Berbagai Kebudayaan Unik Yang Ada di Dunia. ^-^
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar