oleh Clara |
Secara luas,
persandian juga dikenal dengan sebutan kriptologi. Secara etimologi “kriptologi”
berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari “kriptos” yang berarti tersembunyi
(rahasia) dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, kriptologi adalah ilmu atau seni
yang mempelajari kerahasiaan.
Kriptologi sendiri
terdiri atas dua disiplin ilmu yaitu kriptografi dan kripanalisis. Kriptografi berkenaan pada ilmu
menyembunyikan informasi dengan menggunakan transformasi matematika. Sedangkan,
kripanalisis berkenaan pada kegiatan membuka informasi yang tersembunyi dengan
menggunakan analisis kriptografi dan teknik matematika. Penamaan praktisinya
pun berbeda. Seseorang yang khusus mempelajari kriptografi disebut kriptografer
dan seseorang yang mempelajari kripanalisis disebut kripanalis.
Sejarah kriptologi
sebagian besar merupakan sejarah kriptoglogi klasik, yaitu metode penyandian
dengan menggunakan kertas dan pensil dan mungkin dengan bantuan alat mekanik
sederhana. Namun, kriptologi sendiri telah ada sejak 4000 tahun silam yang digunakan
oleh bangsa Mesir (berupa hieroglyph yang
tidak standar pada piramid) sebagai sebuah penyampaian pesan rahasia kerajaan
yang hanya digunakan oleh raja dan keturunannya dan hingga abad ke-20 ini
penggunaan kriptologi masih digunakan dan semakin canggih.
Kriptologi sebagai sebuah imu dan seni juga memiliki
tujuan utama yaitu kerahasiaan, integritas data, dan pengesahan. Kerahasiaan
berarti kriptografi digunakan untuk menjaga isi dari informasi dari
siapapun, data dienkripsi dan tersembunyi maknanya kecuali yang
memiliki otoritas atau kunci rahasia untuk membuka/mengupas informasi yang
telah disandi.
Integritas data berarti kriptografi mencegah data dari
kerusakan dan perubahan data secara tidak sah. Pencegahan melalui penyisipan, penghapusan, dan
pensubsitusian data lain kedalam data yang sebenarnya. Terakhir, tujuan
kriptografi yaitu pengesahan. Maksudnya adalah pembuktian identitas dari
pengirim untuk memastikan orang yang berhak.
Dari tujuan di atas
bisa dibayangkan betapa penting dan rumitnya suatu kriptologi untuk dipelajari.
Pada era modern ini kriptografi sebagai cabang kriptologi, dipakai hampir
disetiap kegiatan manusia tidak hanya pada golongan tertentu seperti 4000 tahun
silam. Jika kita menggunakan ATM, sebenarnya kita secara tidak sadar telah
menggunakan jasa dari kriptografi. Atau jika ketika kita sedang login ke salah satu situs jejaring
sosial (facebook) kita juga sebenarnya sedang menggunakan jasa kriptografi. Hal
ini disebabkan nomor pin atau password kita
sebelum dikirimkan dari mesin ATM atau meninggalkan komputer yang kita gunakan
akan mengalami proses penyandian terlebih dahulu.
Contoh yang ada saat
ini merupakan bentuk kriptografi modern yang tingkat kerumitannya sudah sangat tinggi.
Namun, tahukah Anda bahwa salah satu bentuk kriptografi klasik yang paling
sederhana adalah tato. Kata tato atau tatto
sendiri berasal dari bahasa Tahitan yaitu “tatu” yang berarti “untuk menandakan
sesuatu”.
Pada awalnya, tato
ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan The
Great Pyramida pada tahun 2000 SM. Pada saat kerajaan Mesir semakin
memperluas kekuasaannya, seni tato tersebut pun menyebar ke daerah-daerah lain
dari bagian Timur Tengah, India, Cina, Jepang, dan Kepulauan Pasifik.
Menjelang tahun 1000 SM, keberadaan tato semakin populer.
Hal ini dikarenakan adanya difusi kebudayaan akibat migrasi penduduk. Lalu,
pada sekitar tahun 450 SM Herodotus seorang raja Yunani manato tubuhnya sebagai
tanda kelahirannya. Selanjutnya, pada zaman itu menurut catatan Herodotus,
ketika Histiaeus dipenjarakan oleh Raja Daraius di Susa, Persia tato pun
digunakan sebagai alat penyampaian pesan rahasia.
Histiaeus harus menyampaikan pesan
rahasia itu kepada menantunya Aristagoras di Melitus. Dia pun
menggunakan tato sebagai bentuk kriptografi. Caranya,
kepala seorang budak setia digunduli. Lalu, berita ditulis (tato) di atas kulit kepala
budak tersebut dan mengirim budak itu setelah rambutnya cukup panjang menutupi
tulisan ke tempat tujuan melalui
penjagaan musuh. Ketika, diperiksa di
pintu gerbang memang
sang budak tidak membawa pesan apa-apa dan sang budak dibiarkan lewat begitu saja tanpa dicurigai.
Sesampainya di tempat
tujuan, barulah budak tersebut
dicukur oleh si
penerima
pesan untuk
dapat dibaca pesannya.
Sampai akhirnya, agama
Kristen datang di bumi Eropa. Tato dilarang di sepanjang daratan Eropa. Namun,
tato tetap hidup di daerah Timur tengah dan beberapa daerah lainnya di dunia.
Lalu, pada tahun 787 M, Paus Adrian I melarang adanya penggunaan tato. Larangan
itu berkembang pesat hingga penyerbuan Norman pada tahun 1066. Semenjak saat
itu tato lenyap dari kebudayaan Barat dari abad ke-12 sampai abad ke-16.
Namun, ketika perang
salib terjadi tato kembali muncul sebagai tanda akan kereligiusan. Banyak
serdadu protestan yang menato tubuhnya dengan simbol-simbol kekristenan (seperti:
salib). Sehingga, apabila gugur dalam peperangan maka mereka akan dikebumikan
sesuai agama yang mereka yakini. Hingga pada akhir abad ke-19 tato dijadikan
suvenir oleh para peziarah di Jerusalem sebagai cinderamata yang bernuansa
religius.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persandian
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sekali pun. Hal ini dibuktikan pada
zaman Herodotus silam. Sejarah yang panjang membuat persandian semakin kompleks
dan efisien pada saat ini dan tato pun berubah fungsi. Seperti yang diuraikan
di atas bahwa pada mulanya tato sebagai salah satu persandian klasik yang
melambangkan pesan rahasia dan hanya digunakan untuk para budak. Namun, sesuai perkembangan zaman tato berubah
fungsi ia melambangkan kerelijiusan seseorang dan bahkan di era globalisasi
saat ini, tato dijadikan tren yang melambangkan kebebasan dan kemodisan. Uraian
di atas juga mengingatkan kita bahwa sejarah dari perkembangan media (baik
cetak maupun elktronik) saat ini berawal dari sebuah simbol berupa gambar-gambar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariyus, Doni. 2008.
Pengantar Ilmu Kriptologi : Teori
Analisis dan Implementasi. Yogyakarta: CV ANDI.
Bishop, David. 2003. Introduction
to Cryptography with Java Applets. United States of Amerika: Malloy
Incorporated.
Briggs Asa, dan Peter Burke. 2006. Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai
Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Munir, Rinaldi. 2004. Bahan Kuliah ke-1 IF5054 Kriptografi: Pengantar Kriptografi.
Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.
Olong, Hatib A.K. 2006. Tato. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Prasetyo, Didik Dwi.
2006. Pemrogaman Aplikasi Database dengan
Visual Basic.Net 2005 dan MS Access. Jakarta: PT Elex Media Komutindo.
Pudjiastiti, Puline. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Grasindo.
Diunduh dari http://forum.detik.com/showthread.php?p=6255105
Diunduh pada tanggal 13 April 2012 pukul: 11.30 WIB.
Diunduh dari http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Kriptografi/2011-2012/Makalah-2012/Makalah-Kripto-2012-003.pdf
Diunduh pada tanggal 14 April 2012 pukul: 16.00 WIB.
Diunduh dari http://psb-psma.org/content/blog/4715-sejarah-tato-tertua-di-dunia-dari-mentawai
Diunduh pada tanggal 13 April 2012 pukul: 11.50 WIB.
Diunduh dari http://www.lemsaneg.go.id
Diunduh pada tanggal 8 April 2012 pukul: 22.00 WIB.
Diunduh dari http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/134238-T%2027916-Aplikasi%20least-Literatur.pdf
Diunduh pada tanggal 14 April 2012 pukul: 13.00 WIB.
<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar